Pagi hari ini berbeda dengan pagi-pagi sebelumnya. Untuk pertama kali dalam hidup, suami mengajak jalan-jalan pagi di alun-alun kota Salatiga. Selama hamil biasanya saya hanya jalan-jalan berkeliling kompleks rumah. Percakapan kami berawal dari semalam menjelang tidur.
Suami : "Yank, besok pagi jalan-jalan ke alun-alun ya. Tiga putaran aja biar sehat ibu sama calon dede bayinya sehat. Habis dari jalan-jalan kita makan bubur di kota berdua..eh..bertiga".
Saya : "Beneran yank? Mau..Mau.. Aku belum pernah yank jalan-jalan pagi di alun-alun semenjak kita nikah dan sekarang aku hamil".
Suami : "Ya makanya besok bangun pagi-pagi terus kita sholat habis iti siap-siap baru berangkat".
Saya : "Iya sayang".
Pagi pukul 04.30 WIB kami bangun, mandi air hangat, sholat subuh kemudian berangkat pukul 05.30 WIB untuk jalan-jalan pagi sampai pukul 06.30 WIB. Setelah jalan pagi mengitari lapangan Pancasila Salatiga sebanyak tiga kali. Kami sarapa bubur ayam bersama di pusat kota.
Setelah makan bubur ayam, kami pulang ke rumah orang tua suami. Semalam kami tidak jadi menginap di rumah kami berdua karena Ibu mertua sedang di Kudus menemani kakek yang sakit dan dirawat di Rumah Sakit. Sesampai di rumah, saya bersiap-siap untuk rapat koordinasi PPK dan PPS persiapan teknik Pilkada 2017 yang akan diselenggarakan Rabu, 15 Februari 2017. Seperti janji suami sebelumnya, ia bersedia menjadi "tukang ojek" saya selama saya berkegiatan sebagai PPK. Saya pun diantar suami menggunakan sepeda motor ke kecamatan yang jaraknya sekitar 5 menit dari rumah mertua.
Saya rapat pukul 08.30 WIB sampai pukul 10.00 WIB. Setelah rapat saya dijemput suami. Di perjalanan pulang, saya bilang ke suami agarsuami memotong rambut terlebih dahulu agar terlihat lebih rapi. Karena menurut saya, rambutnya sudah cukup gondrong dan berantakan. Suami pun menuruti permintaan saya.
Di hari terakhir tantangan 10 hari menerapkan komunikasi produktif, akhirnya saya belajar banyak hal tentang bagaimana caranya menyampaikan suatu informasi kepada pasangan dan pasangan menerima informasi yang saya sampaikan dengan baik dan ditanggapi dengan feedback yang bisa saya terima juga. Saya mencoba untuk kilas balik membaca dan mengingat tulisan tantangan materi bunda sayang di game 10 hari kebelakang. Ternyata terdapat topik bahasan dan rasa yang memang berbeda ketika saya berkomunikasi dengan suami melalui telepon/gadget dengan berbicara dan bertatapan langsung. Saya perlu belajar lagi untuk mengelola emosi dan intonasi saat berbicara dengan pasangan.
Saling menanggapi saja tidak cukup, tapi perlu untuk saling memahami maksud dan tujuan arah pembicaraan agar saya dan suami sama-sama bisa memutuskan suatu hal dengan kepala dingin, suasana yang nyaman dan tidak semata-mata terbawa perasaan. Di perlukan untuk mempertimbangkan dan sama-sama berpikir secara rasional dan menyesuaikan diri dengan kondisi sesuai realita yang ada.
Saya menjadi paham kaidah I'm responsible for my communication results. Hasil dari komunikasi adalah tanggung jawab saya sebagai pemberi pesan. Jika suami sebagai penerima pesan tidak paham atau salah memahami, bukan salah dia, tetapi saya harus cari cara dan bahasa yang dipahami oleh suami. Baik melalui gadget atau pun bertemu langsung.
Karena tekadang saya merasa kurang puas jika berbicara melalui telepon atau sekedar chatting sehingga pembicaraan kami terkadang mengambang. Dan saya masih mengungkitnya saat bertemu langsung dengan suami. Yang padahal menurut suami itu sudah pernah dibahas dan tidak perlu dibahas lagi.
Banyak belajar sekali dalam menerapkan ilmu komunikasi produktif ini. Alhamdulillah :)
Saya : "Beneran yank? Mau..Mau.. Aku belum pernah yank jalan-jalan pagi di alun-alun semenjak kita nikah dan sekarang aku hamil".
Suami : "Ya makanya besok bangun pagi-pagi terus kita sholat habis iti siap-siap baru berangkat".
Saya : "Iya sayang".
Pagi pukul 04.30 WIB kami bangun, mandi air hangat, sholat subuh kemudian berangkat pukul 05.30 WIB untuk jalan-jalan pagi sampai pukul 06.30 WIB. Setelah jalan pagi mengitari lapangan Pancasila Salatiga sebanyak tiga kali. Kami sarapa bubur ayam bersama di pusat kota.
Tampilan suami sebelum potong rambut |
Setelah makan bubur ayam, kami pulang ke rumah orang tua suami. Semalam kami tidak jadi menginap di rumah kami berdua karena Ibu mertua sedang di Kudus menemani kakek yang sakit dan dirawat di Rumah Sakit. Sesampai di rumah, saya bersiap-siap untuk rapat koordinasi PPK dan PPS persiapan teknik Pilkada 2017 yang akan diselenggarakan Rabu, 15 Februari 2017. Seperti janji suami sebelumnya, ia bersedia menjadi "tukang ojek" saya selama saya berkegiatan sebagai PPK. Saya pun diantar suami menggunakan sepeda motor ke kecamatan yang jaraknya sekitar 5 menit dari rumah mertua.
Ojek cinta Bumil |
Saya rapat pukul 08.30 WIB sampai pukul 10.00 WIB. Setelah rapat saya dijemput suami. Di perjalanan pulang, saya bilang ke suami agarsuami memotong rambut terlebih dahulu agar terlihat lebih rapi. Karena menurut saya, rambutnya sudah cukup gondrong dan berantakan. Suami pun menuruti permintaan saya.
Menemani suami potong rambut |
Di hari terakhir tantangan 10 hari menerapkan komunikasi produktif, akhirnya saya belajar banyak hal tentang bagaimana caranya menyampaikan suatu informasi kepada pasangan dan pasangan menerima informasi yang saya sampaikan dengan baik dan ditanggapi dengan feedback yang bisa saya terima juga. Saya mencoba untuk kilas balik membaca dan mengingat tulisan tantangan materi bunda sayang di game 10 hari kebelakang. Ternyata terdapat topik bahasan dan rasa yang memang berbeda ketika saya berkomunikasi dengan suami melalui telepon/gadget dengan berbicara dan bertatapan langsung. Saya perlu belajar lagi untuk mengelola emosi dan intonasi saat berbicara dengan pasangan.
Saling menanggapi saja tidak cukup, tapi perlu untuk saling memahami maksud dan tujuan arah pembicaraan agar saya dan suami sama-sama bisa memutuskan suatu hal dengan kepala dingin, suasana yang nyaman dan tidak semata-mata terbawa perasaan. Di perlukan untuk mempertimbangkan dan sama-sama berpikir secara rasional dan menyesuaikan diri dengan kondisi sesuai realita yang ada.
Saya menjadi paham kaidah I'm responsible for my communication results. Hasil dari komunikasi adalah tanggung jawab saya sebagai pemberi pesan. Jika suami sebagai penerima pesan tidak paham atau salah memahami, bukan salah dia, tetapi saya harus cari cara dan bahasa yang dipahami oleh suami. Baik melalui gadget atau pun bertemu langsung.
Karena tekadang saya merasa kurang puas jika berbicara melalui telepon atau sekedar chatting sehingga pembicaraan kami terkadang mengambang. Dan saya masih mengungkitnya saat bertemu langsung dengan suami. Yang padahal menurut suami itu sudah pernah dibahas dan tidak perlu dibahas lagi.
Banyak belajar sekali dalam menerapkan ilmu komunikasi produktif ini. Alhamdulillah :)
Comments
Post a Comment