Skip to main content

#75 Komunikasi Produktif Day 1



Setelah menikah enam bulan yang lalu, saya tinggal bersama mertua dan adik ipar di Salatiga. Hal ini adalah kesepakatan saya dengan suami untuk sementara waktu. Mengingat saya sedang hamil dan belum mempunyai tetangga di perumahan yang kami sempat tempati sebulan awal pernikahan. Dari sabtu malam sampai selasa pagi (21 – 24 Januari 2017) saya menginap di rumah orang tua saya (di daerah Bringin, Kab. Semarang). Sembari menengok Bapak yang baru tiba dari proyek pekerjaannya di Jawa barat. Momen ini sekaligus kesempatan saya berkumpul dengan kakak-kakak saya juga. 

Selain berkumpul bersama keluarga, kami bermusyawarah membahas tentang rencana pernikahan kakak perempuan saya yang insha Allah akan di laksanakan bulan april mendatang. Sebagai keluarga pihak perempuan, kami perlu berdiskusi dan mempersiapkannya dari jauh-jauh hari. Beberapa waktu yang lalu, kakak perempuan saya mengalami kendala berkomunikasi dengan Bapak karena kesibukan beliau di lokasi proyek. Sehingga mumpung ada kesempatan bertemu di rumah, saya membantu memfasilitasi kakak untuk berbicara dengan Bapak secara detail.  

Keesokan harinya Selasa, 24 Januari 2017 sekitar pukul 06.00 WIB, saya bersiap-siap kembali ke rumah mertua di Domas, Salatiga. Sebelum berangkat saya menghubungi ayah mertua melalui chat whatsapp/WA memberi kabar bahwa saya akan kembali ke rumah pada pukul 08.00 WIB dan mengurus perpanjangan STNK motor milik ayah mertua. Saya membutuhkan KTP beliau untuk mengurusnya di Samsat Salatiga.

Ternyata saya terlambat satu jam. Saya sampai di rumah sekitar pukul 09.00 WIB. Saat saya menelepon ayah mertua, beliau sempat menyayangkan keterlambatan saya dengan intonasi nada kecewa karena sempat menunggu saya dari jam 08.00 WIB. Beliau terburu-buru untuk pergi karena ada undangan rapat di Dinas Pendidikan. Saya meminta maaf atas kejadian tersebut. Pelajaran yang saya peroleh dari miss communication antara saya dengan ayah mertua adalah harusnya saya memberikan kabar kembali jika saya terlambat pulang, sehingga beliau tidak perlu menunggu saya. Kemudian saya bisa langsung menghampiri beliau di Dinas Pendidikan. Intinya adalah konfirmasi dan tidak berasumsi.

Kemudian di sore harinya saya video call dengan suami yang bekerja di Papua melalui Skype. Saya memberitahu bahwa mulai hari ini saya memasuki tantangan level 1 untuk kuliah tahapan bunda saying di Ibu Profesional. Saya menjelaskan materi yang sedang di diskusikan tentang Komunikasi Produktif. Komentar dari suami cukup singkat dan jelas, “Ya sudah segera lakukan!” ucapnya. Suami selalu mendukung apa saja yang saya lakukan dan ikuti untuk meng-upgrade kapasitas diri demi menggali potensi saya menjalani peran baru sebagai istri dan calon ibu.

Obrolan kami berlanjut tentang rencana cuti suami di awal bulan februari. Hal ini membuat saya sangat senang karena saya sudah lebih dari lima bulan tidak bertemu. Di bulan februari nanti saya bisa lebih intensif berkomunikasi dengan suami secara langsung selama masa cutinya di rumah kami di Salatiga. Long Distance Marriage/LDM merupakan tantangan tersendiri bagi saya saat mengikuti perkuliahan di kelas Matrikulasi dan Bunda Sayang. Ketika saya ingin mengaplikasikan ilmu yang saya peroleh bersama suami secara langsung (eye contact), saya harus menggunakan media perantara teknologi gadget yang ada. Namun saya tetap bersyukur Alhamdulillah. Setidaknya saya masih tetap bisa mengusahakan membangun komunikasi yang produktif dengan kemajuan digital saat ini. 


#komprod_T10H_day1_Mustika Amalia Wardaty_Salatiga
#hari1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Comments

Popular posts from this blog

#116 Bunga Literasi Day 04 Bunda Sayang IIP

Di hari ke empat ini saya telah menyelesaikan membaca dua buku, alhamdulillah. Biasanya saya termasuk orang yang moody saat membaca buku. Satu buku bisa seminggu, sebulan untuk selesai membacanya. Namun, game level 5 ini membuat saya menjadi begitu semangat menambah literasi bacaan.  Dari saat jaman kuliah sebenarnya saya menyadari akan manfaat dari membaca. Entah itu membaca buku, artikel, koran, majalah bahkan "membaca situasi". Dengan sering membaca membuat diri saya menjadi lebih peka terhadap lingkungan sekitar. Membuat saya menyadari, ternyata masih banyaaaaak hal yang perlu saya gali untuk intropeksi diri. Karena dengan memahami hal baru, menyadarkan saya bahwa masih banyak kekurangan dalam diri yang perlu diperbaiki. Seperti halnya impact setelah membaca buku Happy Little Soul. Untuk menjadi orang yang sabar layaknya ibu Retno Hening ketika mengasuh dan mendidik Kirana memang perlu usaha yang keras dan kemauan yang bulat. Dukungan dari keluarga sekitar jug...

PROFIL PM X MASA PELATIHAN

Mustika Amalia Wardaty Mustika adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Lahir di Kabupaten Semarang, 7 Agustus 1991. Ia menyelesaikan pendidikan sarjana manajemen Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Di semester satu dan dua, Ia masih belum tertarik bergabung dengan organisasi yang ada di kampus. Karena Ia ingin fokus belajar di bidang akademik terlebih dahulu. Hasil dari proses belajarnya membuatnya meraih IPK 4.  Kemudian suatu hari Ia berdiskusi dengan seorang teman, Ia merasa bosan hanya dengan kuliah-pulang-kuliah-pulang. Mustika ingin mempunyai kegiatan kemahasiswaan, lalu Ia ditawari untuk menjadi Staf Divisi Kajian dan Riset Lembaga Eksekutif Mahasiswa FE UII tahun 2011. Setelah menjadi fungsionaris LEM FE UII, Mustika terpilih menjadi Mahasiswa Teladan Bridging Program FE UII tahun 2011. Bridging Program adalah Program Pembangunan Karakter di UII yang menjembatani masa transisi dari siswa SMA ke Mahasiswa di perguruan tinggi.  Seme...

#32 Perempuan itu harus serba bisa…..

Belajar merupakan tahapan yang membuat manusia dapat mengetahui suatu hal yang sebelumya tidak diketahui. Tapi pengalaman hidup masing-masing orang pastilah berbeda-beda. Contoh: Bisa saja seorang anak usia 5 tahun sudah mahir membaca dan menulis, sedangkan orang tua yang berusia 70 tahun tidak dapat membaca dan menulis.  Banyak hal yang menyebabkannya, bisa dari pribadi, lingkungan keluarga, masyarakat dan lain-lain. Dan ternyata semua ilmu dan pengetahuan dapat kita peroleh dari siapapun. Termasuk kedua orang tua kita.  Saya lahir dari keluarga muslim. Saya belajar tentang Agama Islam. Kepercayaan bisa saja diturunkan tetapi bisa juga karena keyakinan dalam diri kita. Peran kedua orang tua mungkin dapat dikatakan sangat berpengaruh untuk hal ini.  Dulu ketika Almarhumah Mama masih hidup, beliau mengajari saya untuk membaca Al Qur’an, mengajak saya di acara-acara pengajian di sekitar rumah, selain itu Mama juga mengajari saya ilmu tentang ke...