Skip to main content

MENGINGAT MR. TAKE EASY

Saya ingin kembali mengingat momen beberapa bulan yang lalu saat saya dan partner membicarakan rencana pernikahan kami. Bulan itu adalah januari 2016, saya menelpon partner yang sedang bekerja di Papua dari Sulawesi Utara (Sangihe). Kami berdiskusi tentang penyesuaian waktu cuti kami berdua untuk mengadakan pertemuan keluarga membahas tentang tanggal pernikahan kami. Kami pun sepakat minggu ke III bulan April 2016. Namun manusia hanyalah bisa berencana, dan Tuhan lah yang berhak untuk memutuskan takdir-Nya. Awal tahun baru saya mendapat kabar bahwa kakak pertama saya, Mas Muhan sakit keras. Saya belum bisa pulang ke Jawa untuk menjenguknya. Saya hanya bisa berdoa dari jauh untuk kesembuhan kakak. 

Hari berganti hari, begitupun sampailah saya di bulan April. Dimana bulan ini adalah bulan yang saya tunggu-tunggu karena akan membahas tentang rencana pernikahan saya dengan partner. Rencana awal saya akan pulang tanggal 21 April 2016 tetapi waktu cuti saya maju menjadi tanggal 6 April 2016 karena saya mendapat kabar lagi bahwa Mas Muhan koma di Rumah Sakit Mitra Keluarga Depok, Jawa Barat. Mas Muhan di diagnosa mengalami gagal ginjal yang mengharuskan ia menjalani cuci darah. 

Saya pun ambil cuti untuk pulang ke Jawa menjenguk kakak yang sakit. Setelah empat hari di rawat di Rumah Sakit, Tuhan memanggil Mas Muhan. Innalillahi wa innaillaihi roji'un. Mungkin ini lah yang terbaik untuk Mas Muhan dan kami sekeluarga. Di usianya 35 tahun ia wafat dan meninggalkan seorang istri dan seorang anak yang waktu itu masih berusia 1,5 tahun. Perasaan saya waktu itu begitu kompleks, saya sedih, berduka, dan bingung. Di saat saya berencana menikah di tahun ini, Tuhan memberikan ujian dengan meninggalnya Mas Muhan. Tiada kekuatan yang sempurna selain kekuatan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Tuhan Maha Penentu Takdir semua makhluk-Nya. 

Tujuh hari setelah kepergian Mas Muhan, saya masih ada sisa lima hari cuti. Entah tepat atau tidak namun masih ada hal yang mengganjal dalam hati saya. Rencana pertemuan keluarga untuk membahas pernikahan saya apakah akan tetap terlaksana atau kah harus diundur waktunya. Dengan hati yang bergetar, saya memberanikan diri untuk bertanya pada Ayah saya.

"Pae, maafkan saya jika waktu sekarang ini saat kita semua sedang berduka apakah pertanyaan yang akan saya utarakan sesuai dengan waktunya atau tidak? Namun jika tidak saya tanyakan maka saya tidak akan tenang saat kembali menyelesaikan tugas di Sangihe. Saya tidak mau dianggap anak yang tidak peka terhadap situasi" tanya saya.

"Apa itu? Katakan saja yang jujur. Tidak apa-apa." jawab Pae.

"Mengenai rencana pernikahan saya, apakah akan tetap diadakan pertemuan kedua keluarga ataukah harus diundur waktunya?" ucap saya. 

"Yang pergi biarkan pergi, yang datang biarkan datang. Tidak apa-apa jika memang harus tetap bertemu dengan keluarga calon suamimu untuk membahas tanggal pernikahan kalian." kata Pae. 

Akhirnya pertemuan keluarga saya dengan keluarga partner pun tetap dilaksanakan di rumah orang tua partner. Kunjungan ini pun sebagai kunjungan balasan karena saya sudah di lamar setahun sebelumnya pada bulan Maret 2015. Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan hari dan tanggal pernikahan kami. Yang awalnya tanggal 4 Oktober 2016 menjadi 6 Agustus 2016 karena ternyata partner tidak bisa ambil cuti di akhir September. Kemudian pernikahan kami pun maju sebulan. Yang juga bertepatan dengan hari ulang tahun saya ke 25 tahun.
Dulu saya pernah berkeinginan menikah saat hari ulang tahun saya yang ke 25 tahun. Subhanallah, Allah SWT telah mengabukan do'a saya. 

Pernikahan saya Alhamdulillah berjalan dengan lancar dan hikmad. Saya menangis di hari akad saya, 6 Agustus 2016 (tanggal yang sama dengan pernikahan kedua orang tua saya). Saya teringat oleh Almarhumah Mama dan Mas Muhan. Saya merasakan seolah-olah mereka turut hadir menyaksikan pernikahan saya. Hal yang saya pelajari dari kejadian ini adalah bagaimana seorang manusia dapat berbesar hati untuk menerima segala ketentuan dari Allah SWT. Entah itu pernikahan, kematian, kelahiran dan lain sebagainya. Karena Tuhan Maha Bijaksana dalam menentukan yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya. 

Saya tidak perlu ngoyo. Karena jika do'a yang saya panjatkan hanya Allah SWT lah yang Mampu menjadikannya nyata. Kun Fayakun. 
Semoga pernikahan ini senantiasa mendapat ridho-Nya, dilimpahkan rahmat, berkah dan hidayah agar menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah warohmah. Amin
Dan semoga almahumah Mama dan Mas Muhan diberikan ketenangan, tempat terbaik di sisi Allah SWT dan diterima seluruh amal ibadah mereka. Amin Ya Allah.

Terima kasih atas semua karunia Tuhan YME. Terima kasih telah memberikan seorang Pae yang begitu tegar menguatkan diri dan keluarganya. :)

Comments

Popular posts from this blog

#116 Bunga Literasi Day 04 Bunda Sayang IIP

Di hari ke empat ini saya telah menyelesaikan membaca dua buku, alhamdulillah. Biasanya saya termasuk orang yang moody saat membaca buku. Satu buku bisa seminggu, sebulan untuk selesai membacanya. Namun, game level 5 ini membuat saya menjadi begitu semangat menambah literasi bacaan.  Dari saat jaman kuliah sebenarnya saya menyadari akan manfaat dari membaca. Entah itu membaca buku, artikel, koran, majalah bahkan "membaca situasi". Dengan sering membaca membuat diri saya menjadi lebih peka terhadap lingkungan sekitar. Membuat saya menyadari, ternyata masih banyaaaaak hal yang perlu saya gali untuk intropeksi diri. Karena dengan memahami hal baru, menyadarkan saya bahwa masih banyak kekurangan dalam diri yang perlu diperbaiki. Seperti halnya impact setelah membaca buku Happy Little Soul. Untuk menjadi orang yang sabar layaknya ibu Retno Hening ketika mengasuh dan mendidik Kirana memang perlu usaha yang keras dan kemauan yang bulat. Dukungan dari keluarga sekitar jug...

PROFIL PM X MASA PELATIHAN

Mustika Amalia Wardaty Mustika adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Lahir di Kabupaten Semarang, 7 Agustus 1991. Ia menyelesaikan pendidikan sarjana manajemen Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Di semester satu dan dua, Ia masih belum tertarik bergabung dengan organisasi yang ada di kampus. Karena Ia ingin fokus belajar di bidang akademik terlebih dahulu. Hasil dari proses belajarnya membuatnya meraih IPK 4.  Kemudian suatu hari Ia berdiskusi dengan seorang teman, Ia merasa bosan hanya dengan kuliah-pulang-kuliah-pulang. Mustika ingin mempunyai kegiatan kemahasiswaan, lalu Ia ditawari untuk menjadi Staf Divisi Kajian dan Riset Lembaga Eksekutif Mahasiswa FE UII tahun 2011. Setelah menjadi fungsionaris LEM FE UII, Mustika terpilih menjadi Mahasiswa Teladan Bridging Program FE UII tahun 2011. Bridging Program adalah Program Pembangunan Karakter di UII yang menjembatani masa transisi dari siswa SMA ke Mahasiswa di perguruan tinggi.  Seme...

#32 Perempuan itu harus serba bisa…..

Belajar merupakan tahapan yang membuat manusia dapat mengetahui suatu hal yang sebelumya tidak diketahui. Tapi pengalaman hidup masing-masing orang pastilah berbeda-beda. Contoh: Bisa saja seorang anak usia 5 tahun sudah mahir membaca dan menulis, sedangkan orang tua yang berusia 70 tahun tidak dapat membaca dan menulis.  Banyak hal yang menyebabkannya, bisa dari pribadi, lingkungan keluarga, masyarakat dan lain-lain. Dan ternyata semua ilmu dan pengetahuan dapat kita peroleh dari siapapun. Termasuk kedua orang tua kita.  Saya lahir dari keluarga muslim. Saya belajar tentang Agama Islam. Kepercayaan bisa saja diturunkan tetapi bisa juga karena keyakinan dalam diri kita. Peran kedua orang tua mungkin dapat dikatakan sangat berpengaruh untuk hal ini.  Dulu ketika Almarhumah Mama masih hidup, beliau mengajari saya untuk membaca Al Qur’an, mengajak saya di acara-acara pengajian di sekitar rumah, selain itu Mama juga mengajari saya ilmu tentang ke...