NICE HOME WORK 6 BELAJAR MENJADI MANAJER KELUARGA HANDAL
Minggu lalu saya belajar merancang design pembelajaran untuk anak-anak dengan metode integratif. Dimana ketika saya mengajarkan satu hal kepada anak, ilmu yang tersurat dan tersirat bisa dari berbagai aspek bidang ke-ilmu-an. Seperti saya memberi contoh ilmu tauhid bisa terintegrasi dengan bidang ilmu pengetahuan alam dan sosial serta bahasa. Minggu ini saya memasuki tahap “belajar menjadi manajer keluarga yang handal".
Sumber : 123RF.com |
Materi tentang cara bagaimana menjadi manajer keluarga yang handal dapat mempermudah saya untuk menemukan peran hidup kita
dan anak-anak nantinya.
Ada satu kunci yang saya peroleh saat saya belajar menjadi manajer keluarga yakni menjalani suatu RUTINITAS. Baik rutinitas di dalam rumah atau di luar rumah.
Ada satu kunci yang saya peroleh saat saya belajar menjadi manajer keluarga yakni menjalani suatu RUTINITAS. Baik rutinitas di dalam rumah atau di luar rumah.
Berikut adalah tahapan untuk memilah aktivitas yang lebih sering saya lakukan setiap harinya.
Aktivitas paling penting :
- Memenuhi gizi dan nutrisi untuk jabang bayi.
- Olahraga secukupnya
- Menjalankan milestones yang sudah di rancang di NHW 5 (membaca berbagai materi parenting, berinteraksi untuk membangun jaringan dan mengikuti kegiatan sosial).
Aktivitas yang paling tidak penting :
- Online sosial media
- Menonton tv/film
- Jalan-jalan
Ternyata waktu saya cukup terkuras saat saya harus mengikuti berita update di sosial media (T.T) jika flash back setahun yang lalu, ketika saya masih menjadi tenaga pengajar di pulau perbatasan Sangihe. Saya terbiasa untuk tidak kaget ketika saya dihadapkan dengan keadaan yang minim listrik dan sinyal, sehingga hidup saya lebih banyak saya isi dengan berinteraksi dengan anak-anak didik dan masyarakat kampung saya tinggal. Namun mau tidak mau saya kembali dengan budaya yang pernah saya alami sebelumnya. Budaya dimana orang-orang terbiasa menggunakan gadget dalam menunjang aktivitasnya. Sepertinya saya juga mulai "terbiasa" kembali menggunakan gadget dan berselancar di beberapa media sosial untuk "membunuh waktu" hanya karena saya sedang menjalani peran sebagai ibu yang bekerja di ranah domestik.
Setelah saya refleksi diri... Oh iya, ternyata waktu saya cepat berlalu begitu saja. Saya tidak ingin menyesal kedepannya. Sehingga saya niatkan untuk membuat jadwal kegiatan harian demi tercapainya #LIFEGOAL yang sudah saya tentukan.
Saya dapat suatu pencerahan bahwa sering membuka sosial media selalu ada dampak positif dan negatifnya. Media sosial membuat saya dapat meng-update informasi dan belajar untuk lebih aware dan kritis dengan isu-isu sosial. Bisa juga menambah inspirasi dari informasi positif yang saya baca.
Tetapi dampak negatifnya juga cukup membuat dahi saya mengerut.
Saya lansir dari artikel malesbanget.com ada 6 dampak negatif keseringan membuka sosial media, antara lain :
1. KECANDUAN > Ketergantungan sama media sosial dan seakan-akan, media sosial
adalah hal yang penting banget buat hidup saya dan takut jadi tidak update.
2. KEHILANGAN WAKTU > Iya sih saya bukanya waktu lagi jam kosong, tapi kan jam kosong itu sebenernya bisa dipakai buat hal yang lebih efektif ya?
3. ANSOS/ANTI SOSIAL > Media sosial yang seharusnya jadi media untuk bersosial, justru terkadang malah membuat seseorang jadi anti sosial. Wow, ngeri sekali.
4. HASRAT UNTUK PAMER LEBIH BESAR > Orang jadi lebih pengen pamer, karena tahu di media sosial, banyak yang
melihat dirinya. Ada juga temen-temen media sosialnya yang pamer,
sehingga membuat dirinya pamer juga. Ini kan jadi tidak sehat. Orang lebih
menjadi lebih konsumtif dan gila hormat. Yang tadinya ke tempat gym
supaya sehat, malah ke tempat gym supaya bisa pamerin check in dan foto
tempat gymnya. Secara sekarang juga lagi jaman gitu trend hidup sehat. Naudzubillah min dzalik :(
5. BOROS > Selain boros karena menjadi konsumtif akibat hasrat ingin pamer yang
tadi, keseringan buka media sosial juga boros listrik yang artinya
ngaruh ke lingkungan, dan boros ke uang (pulsa) karena butuh internet.
6. TAU YANG TIDAK PERLU UNTUK TAU > Keseringan buka media sosial memunculkan hasrat ingin stalking, dan walaupun tidak ingin ngestalk juga, kamu bisa jadi tau info-info yang seharusnya tidak perlu diketahui atau yang justru bisa bikin down.
6. TAU YANG TIDAK PERLU UNTUK TAU > Keseringan buka media sosial memunculkan hasrat ingin stalking, dan walaupun tidak ingin ngestalk juga, kamu bisa jadi tau info-info yang seharusnya tidak perlu diketahui atau yang justru bisa bikin down.
Materi BELAJAR MENJADI MANAJER KELUARGA YANG HANDAL membuat saya intropeksi diri akan banyak hal. Dari pengeloaan waktu, cara berkomunikasi sampai merencanakan keuangan keluarga yang lebih baik.
Dan akhirnya saya membuat "kandang waktu" dan saya harus belajar konsisten mematuhi jadwal yang sudah saya buat sendiri. Toh, ini juga dalam rangka untuk usaha menjadi Ibu Profesional yang target hasilnya dapat saya rasakan sepuluh tahun lagi dari sekarang. Jika tidak disiplin dari sekarang bisa-bisa saya terlena dengan aktivitas yang tidak mendukung dan kurang produktif.
Dan akhirnya saya membuat "kandang waktu" dan saya harus belajar konsisten mematuhi jadwal yang sudah saya buat sendiri. Toh, ini juga dalam rangka untuk usaha menjadi Ibu Profesional yang target hasilnya dapat saya rasakan sepuluh tahun lagi dari sekarang. Jika tidak disiplin dari sekarang bisa-bisa saya terlena dengan aktivitas yang tidak mendukung dan kurang produktif.
Tidak salahnya mempraktekkan ilmu dari Bu Septi dengan program 7 to 7 nya.
Kali ini saya coba membuat jadwal kegiatan harian untuk seminggu ke depan. Pada dasarnya saya menyukai untuk mencatat hal-hal apa saja yang ingin saya lakukan di setiap harinya. Ada tujuan tertentu yang ingin saya capai meskipun belum detail dengan menggunakan kandang waktu. Sehingga masih sering out of the plan.
Hari ini saya akan ke jakarta untuk mengikuti kegiatan #REMBUKGUYUB Alumni Pengajar Muda Indonesia Mengajar 10 angkatan. Kegiatan ini membahas tentang kepengurusan dan program kerja alumni. Sebelumnya saya membantu tim publikasi panitia Rembuk Guyub.
Dan mungkin program 7 to 7 dapat saya implementasikan di jadwal saya selama di jakarta.
Kemudian nanti saya akan merevisi disesuaikan dengan situasi dan kondisi di Salatiga.
Ayo KAMU PASTI BISA TIKA!!!
Untuk menjadi manajer keluarga yang handal, saya dapat mulai belajar dari tujuh hal yang dapat saya lakukan sebelumnya :
- Belajar menjadi Ibu yang memotivasi keluarga baik suami, calon jabang bayi dan orang-orang di sekitar saya. Sekecil apapun yang bisa dapat lakukan untuk membuat mereka tersenyum dan bahagia.
- Belajar menjadi pribadi yang lebih tegas dan dewasa. Tegas disini adalah lebih kepada diri saya sendiri. Tegas terhadap waktu dan kegiatan yang tidak penting. Dewasa dalam bertindak dan berdiskusi dengan suami dan keluarga.
- Belajar menjadi komunikator yang handal. Sementara ini ada beberapa tawaran yang datang kepada saya untuk menjadi pembicara/narasumber di kegiatan sosialisasi Calon Pengajar Muda angkatan XIV di Yogyakarta. Hal ini merupakan kesempatan yang berharga untuk saya melatih komunikasi yang baik di depan banyak orang. Ilmu ini dapat jadi bekal saya berinteraksi penanaman nilai positif untuk anak-anak saya nanti.
- Belajar mengelola waktu. Hal ini diperlukan habit yang dilakukan kontinyu. Contoh sederhananya : on time di setiap kegiatan dan konsisten menjalankan jadwal kegiatan harian.
- Belajar untuk handal mengelola keuangan. Sementara ini saya masih sekedar mencatat rencana pembelajaan bulan (pemasukan dan pengeluaran). Namun kedepannya saya perlu disiplin lagi untuk lebih konkrit dalam pengaturan keuangan keluarga.
- Belajar meningkatkan kualitas diri. Seiring berjalannya waktu, perubahan dalam hidup pasti terjadi. Hal ini yang membuat saya harus jeli meihat potensi dan peluang apa yang dapat membuat diri saya menajdi lebih berkualitas. Khususnya ilmu bekerja dalam ranah domestik. Contoh : memasak, berkebun, membersihkan rumah, pemahaman ilmu parenting dll.
- Belajar meluangkan waktu untuk istirahat. Bagaimanapun saya sendiri yang mengetahui kemampuan dan kapasitas diri dalam beraktivitas. Apalagi saya sedang hamil. Terakhir periksa ke dokter saya dianjurkan untuk banyak istirahat dan tidak boleh kecapek'an untuk menghindari terjadinya pengencangan rahim yang dapat memicu adanya flek.
Sehingga sepertinya saya akan lebih sering beristirahat sampai memasuki usia kandungan empat bulan.
Pastinya tidak mudah menjadi seorang manajer keluarga yang "handal" tetapi bukan alasan untuk tetap mau berusaha memperbaiki kualitas diri sebagai seorang istri dan juga calon ibu :) Ganbatte!
- Belajar menjadi Ibu yang memotivasi keluarga baik suami, calon jabang bayi dan orang-orang di sekitar saya. Sekecil apapun yang bisa dapat lakukan untuk membuat mereka tersenyum dan bahagia.
- Belajar menjadi pribadi yang lebih tegas dan dewasa. Tegas disini adalah lebih kepada diri saya sendiri. Tegas terhadap waktu dan kegiatan yang tidak penting. Dewasa dalam bertindak dan berdiskusi dengan suami dan keluarga.
- Belajar menjadi komunikator yang handal. Sementara ini ada beberapa tawaran yang datang kepada saya untuk menjadi pembicara/narasumber di kegiatan sosialisasi Calon Pengajar Muda angkatan XIV di Yogyakarta. Hal ini merupakan kesempatan yang berharga untuk saya melatih komunikasi yang baik di depan banyak orang. Ilmu ini dapat jadi bekal saya berinteraksi penanaman nilai positif untuk anak-anak saya nanti.
- Belajar mengelola waktu. Hal ini diperlukan habit yang dilakukan kontinyu. Contoh sederhananya : on time di setiap kegiatan dan konsisten menjalankan jadwal kegiatan harian.
- Belajar untuk handal mengelola keuangan. Sementara ini saya masih sekedar mencatat rencana pembelajaan bulan (pemasukan dan pengeluaran). Namun kedepannya saya perlu disiplin lagi untuk lebih konkrit dalam pengaturan keuangan keluarga.
- Belajar meningkatkan kualitas diri. Seiring berjalannya waktu, perubahan dalam hidup pasti terjadi. Hal ini yang membuat saya harus jeli meihat potensi dan peluang apa yang dapat membuat diri saya menajdi lebih berkualitas. Khususnya ilmu bekerja dalam ranah domestik. Contoh : memasak, berkebun, membersihkan rumah, pemahaman ilmu parenting dll.
- Belajar meluangkan waktu untuk istirahat. Bagaimanapun saya sendiri yang mengetahui kemampuan dan kapasitas diri dalam beraktivitas. Apalagi saya sedang hamil. Terakhir periksa ke dokter saya dianjurkan untuk banyak istirahat dan tidak boleh kecapek'an untuk menghindari terjadinya pengencangan rahim yang dapat memicu adanya flek.
Sehingga sepertinya saya akan lebih sering beristirahat sampai memasuki usia kandungan empat bulan.
Pastinya tidak mudah menjadi seorang manajer keluarga yang "handal" tetapi bukan alasan untuk tetap mau berusaha memperbaiki kualitas diri sebagai seorang istri dan juga calon ibu :) Ganbatte!
Comments
Post a Comment