Skip to main content

#64 NHW Enam

NICE HOME WORK 6 BELAJAR MENJADI  MANAJER KELUARGA HANDAL
Minggu lalu saya belajar merancang design pembelajaran untuk anak-anak dengan metode integratif. Dimana ketika saya mengajarkan satu hal kepada anak, ilmu yang tersurat dan tersirat bisa dari berbagai aspek bidang ke-ilmu-an. Seperti saya memberi contoh ilmu tauhid bisa terintegrasi dengan bidang ilmu pengetahuan alam dan sosial serta bahasa. Minggu ini saya memasuki tahap “belajar menjadi manajer keluarga yang handal". 

Sumber : 123RF.com
Materi tentang cara bagaimana menjadi manajer keluarga yang handal dapat mempermudah saya untuk menemukan peran hidup kita dan anak-anak nantinya.
Ada satu kunci yang saya peroleh saat saya belajar menjadi manajer keluarga yakni menjalani suatu RUTINITAS. Baik rutinitas di dalam rumah atau di luar rumah.
Berikut adalah tahapan untuk memilah aktivitas yang lebih sering saya lakukan setiap harinya.

Aktivitas paling penting :
- Memenuhi gizi dan nutrisi untuk jabang bayi.
- Olahraga secukupnya
- Menjalankan milestones yang sudah di rancang di NHW 5 (membaca berbagai materi parenting, berinteraksi untuk membangun jaringan dan mengikuti kegiatan sosial). 

Aktivitas yang paling tidak penting :
- Online sosial media
- Menonton tv/film
- Jalan-jalan

Ternyata waktu saya cukup terkuras saat saya harus mengikuti berita update di sosial media (T.T) jika flash back setahun yang lalu, ketika saya masih menjadi tenaga pengajar di pulau perbatasan Sangihe. Saya terbiasa untuk tidak kaget ketika saya dihadapkan dengan keadaan yang minim listrik dan sinyal, sehingga hidup saya lebih banyak saya isi dengan berinteraksi dengan anak-anak didik dan masyarakat kampung saya tinggal. Namun mau tidak mau saya kembali dengan budaya yang pernah saya alami sebelumnya. Budaya dimana orang-orang terbiasa menggunakan gadget dalam menunjang aktivitasnya. Sepertinya saya juga mulai "terbiasa" kembali menggunakan gadget dan berselancar di beberapa media sosial untuk "membunuh waktu" hanya karena saya sedang menjalani peran sebagai ibu yang bekerja di ranah domestik.

Setelah saya refleksi diri... Oh iya, ternyata waktu saya cepat berlalu begitu saja. Saya tidak ingin menyesal kedepannya. Sehingga saya niatkan untuk membuat jadwal kegiatan harian demi tercapainya #LIFEGOAL yang sudah saya tentukan. 
Saya dapat suatu pencerahan bahwa sering membuka sosial media selalu ada dampak positif dan negatifnya. Media sosial membuat saya dapat meng-update informasi dan belajar untuk lebih aware dan kritis dengan isu-isu sosial. Bisa juga menambah inspirasi dari informasi positif yang saya baca. 

Tetapi dampak negatifnya juga cukup membuat dahi saya mengerut.
Saya lansir dari artikel malesbanget.com ada 6 dampak negatif keseringan membuka sosial media, antara lain :

1. KECANDUAN > Ketergantungan sama media sosial dan seakan-akan, media sosial adalah hal yang penting banget buat hidup saya dan takut jadi tidak update.

2. KEHILANGAN WAKTU > Iya sih saya bukanya waktu lagi jam kosong, tapi kan jam kosong itu sebenernya bisa dipakai buat hal yang lebih efektif ya? 
3.  ANSOS/ANTI SOSIAL > Media sosial yang seharusnya jadi media untuk bersosial, justru terkadang malah membuat seseorang jadi anti sosial. Wow, ngeri sekali. 

4. HASRAT UNTUK PAMER LEBIH BESAR > Orang jadi lebih pengen pamer, karena tahu di media sosial, banyak yang melihat dirinya. Ada juga temen-temen media sosialnya yang pamer, sehingga membuat dirinya pamer juga. Ini kan jadi tidak sehat. Orang lebih menjadi lebih konsumtif dan gila hormat. Yang tadinya ke tempat gym supaya sehat, malah ke tempat gym supaya bisa pamerin check in dan foto tempat gymnya. Secara sekarang juga lagi jaman gitu trend hidup sehat. Naudzubillah min dzalik :( 

5. BOROS > Selain boros karena menjadi konsumtif akibat hasrat ingin pamer yang tadi, keseringan buka media sosial juga boros listrik yang artinya ngaruh ke lingkungan, dan boros ke uang (pulsa) karena butuh internet.

6. TAU YANG TIDAK PERLU UNTUK TAU > Keseringan buka media sosial memunculkan hasrat ingin stalking, dan walaupun tidak ingin ngestalk juga, kamu bisa jadi tau info-info yang seharusnya tidak perlu diketahui atau yang justru bisa bikin down. 
Materi BELAJAR MENJADI MANAJER KELUARGA YANG HANDAL membuat saya intropeksi diri akan banyak hal. Dari pengeloaan waktu, cara berkomunikasi sampai merencanakan keuangan keluarga yang lebih baik.

Dan akhirnya saya membuat "kandang waktu" dan saya harus belajar konsisten mematuhi jadwal yang sudah saya buat sendiri. Toh, ini juga dalam rangka untuk usaha menjadi Ibu Profesional yang target hasilnya dapat saya rasakan sepuluh tahun lagi dari sekarang. Jika tidak disiplin dari sekarang bisa-bisa saya terlena dengan aktivitas yang tidak mendukung dan kurang produktif. 

Tidak salahnya mempraktekkan ilmu dari Bu Septi dengan program 7 to 7 nya.
Kali ini saya coba membuat jadwal kegiatan harian untuk seminggu ke depan. Pada dasarnya saya menyukai untuk mencatat hal-hal apa saja yang ingin saya lakukan di setiap harinya. Ada tujuan tertentu yang ingin saya capai meskipun belum detail dengan menggunakan kandang waktu. Sehingga masih sering out of the plan.
Hari ini saya akan ke jakarta untuk mengikuti kegiatan #REMBUKGUYUB Alumni Pengajar Muda Indonesia Mengajar 10 angkatan. Kegiatan ini membahas tentang kepengurusan dan program kerja alumni. Sebelumnya saya membantu tim publikasi panitia Rembuk Guyub. 
Dan mungkin program 7 to 7 dapat saya implementasikan di jadwal saya selama di jakarta. 
Kemudian nanti saya akan merevisi disesuaikan dengan situasi dan kondisi di Salatiga. 
Ayo KAMU PASTI BISA TIKA!!!

Sumber : pinterest.com rosie and her rosebud
Untuk menjadi manajer keluarga yang handal, saya dapat mulai belajar dari tujuh hal yang dapat saya lakukan sebelumnya :
- Belajar menjadi Ibu yang memotivasi keluarga baik suami, calon jabang bayi dan orang-orang di sekitar saya. Sekecil apapun yang bisa dapat lakukan untuk membuat mereka tersenyum dan bahagia. 

- Belajar menjadi pribadi yang lebih tegas dan dewasa. Tegas disini adalah lebih kepada diri saya sendiri. Tegas terhadap waktu dan kegiatan yang tidak penting. Dewasa dalam bertindak dan berdiskusi dengan suami dan keluarga. 

- Belajar menjadi komunikator yang handal. Sementara ini ada beberapa tawaran yang datang kepada saya untuk menjadi pembicara/narasumber di kegiatan sosialisasi Calon Pengajar Muda angkatan XIV di Yogyakarta. Hal ini merupakan kesempatan yang berharga untuk saya melatih komunikasi yang baik di depan banyak orang. Ilmu ini dapat jadi bekal saya berinteraksi penanaman nilai positif untuk anak-anak saya nanti. 

- Belajar mengelola waktu. Hal ini diperlukan habit yang dilakukan kontinyu. Contoh sederhananya : on time di setiap kegiatan dan konsisten menjalankan jadwal kegiatan harian.  

- Belajar untuk handal mengelola keuangan. Sementara ini saya masih sekedar mencatat rencana pembelajaan bulan (pemasukan dan pengeluaran). Namun kedepannya saya perlu disiplin lagi untuk lebih konkrit dalam pengaturan keuangan keluarga. 

- Belajar meningkatkan kualitas diri. Seiring berjalannya waktu, perubahan dalam hidup pasti terjadi. Hal ini yang membuat saya harus jeli meihat potensi dan peluang apa yang dapat membuat diri saya menajdi lebih berkualitas. Khususnya ilmu bekerja dalam ranah domestik. Contoh : memasak, berkebun, membersihkan rumah, pemahaman ilmu parenting dll.

- Belajar meluangkan waktu untuk istirahat. Bagaimanapun saya sendiri yang mengetahui kemampuan dan kapasitas diri dalam beraktivitas. Apalagi saya sedang hamil. Terakhir periksa ke dokter saya dianjurkan untuk banyak istirahat dan tidak boleh kecapek'an untuk menghindari terjadinya pengencangan rahim yang dapat memicu adanya flek. 
Sehingga sepertinya saya akan lebih sering beristirahat sampai memasuki usia kandungan empat bulan. 

Pastinya tidak mudah menjadi seorang manajer keluarga yang "handal" tetapi bukan alasan untuk tetap mau berusaha memperbaiki kualitas diri sebagai seorang istri dan juga calon ibu :) Ganbatte!   

Comments

Popular posts from this blog

#116 Bunga Literasi Day 04 Bunda Sayang IIP

Di hari ke empat ini saya telah menyelesaikan membaca dua buku, alhamdulillah. Biasanya saya termasuk orang yang moody saat membaca buku. Satu buku bisa seminggu, sebulan untuk selesai membacanya. Namun, game level 5 ini membuat saya menjadi begitu semangat menambah literasi bacaan.  Dari saat jaman kuliah sebenarnya saya menyadari akan manfaat dari membaca. Entah itu membaca buku, artikel, koran, majalah bahkan "membaca situasi". Dengan sering membaca membuat diri saya menjadi lebih peka terhadap lingkungan sekitar. Membuat saya menyadari, ternyata masih banyaaaaak hal yang perlu saya gali untuk intropeksi diri. Karena dengan memahami hal baru, menyadarkan saya bahwa masih banyak kekurangan dalam diri yang perlu diperbaiki. Seperti halnya impact setelah membaca buku Happy Little Soul. Untuk menjadi orang yang sabar layaknya ibu Retno Hening ketika mengasuh dan mendidik Kirana memang perlu usaha yang keras dan kemauan yang bulat. Dukungan dari keluarga sekitar jug...

PROFIL PM X MASA PELATIHAN

Mustika Amalia Wardaty Mustika adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Lahir di Kabupaten Semarang, 7 Agustus 1991. Ia menyelesaikan pendidikan sarjana manajemen Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Di semester satu dan dua, Ia masih belum tertarik bergabung dengan organisasi yang ada di kampus. Karena Ia ingin fokus belajar di bidang akademik terlebih dahulu. Hasil dari proses belajarnya membuatnya meraih IPK 4.  Kemudian suatu hari Ia berdiskusi dengan seorang teman, Ia merasa bosan hanya dengan kuliah-pulang-kuliah-pulang. Mustika ingin mempunyai kegiatan kemahasiswaan, lalu Ia ditawari untuk menjadi Staf Divisi Kajian dan Riset Lembaga Eksekutif Mahasiswa FE UII tahun 2011. Setelah menjadi fungsionaris LEM FE UII, Mustika terpilih menjadi Mahasiswa Teladan Bridging Program FE UII tahun 2011. Bridging Program adalah Program Pembangunan Karakter di UII yang menjembatani masa transisi dari siswa SMA ke Mahasiswa di perguruan tinggi.  Seme...

#32 Perempuan itu harus serba bisa…..

Belajar merupakan tahapan yang membuat manusia dapat mengetahui suatu hal yang sebelumya tidak diketahui. Tapi pengalaman hidup masing-masing orang pastilah berbeda-beda. Contoh: Bisa saja seorang anak usia 5 tahun sudah mahir membaca dan menulis, sedangkan orang tua yang berusia 70 tahun tidak dapat membaca dan menulis.  Banyak hal yang menyebabkannya, bisa dari pribadi, lingkungan keluarga, masyarakat dan lain-lain. Dan ternyata semua ilmu dan pengetahuan dapat kita peroleh dari siapapun. Termasuk kedua orang tua kita.  Saya lahir dari keluarga muslim. Saya belajar tentang Agama Islam. Kepercayaan bisa saja diturunkan tetapi bisa juga karena keyakinan dalam diri kita. Peran kedua orang tua mungkin dapat dikatakan sangat berpengaruh untuk hal ini.  Dulu ketika Almarhumah Mama masih hidup, beliau mengajari saya untuk membaca Al Qur’an, mengajak saya di acara-acara pengajian di sekitar rumah, selain itu Mama juga mengajari saya ilmu tentang ke...