NICE HOME WORK 5 BELAJAR BAGAIMANA CARANYA BELAJAR
Kapan saya perlu menerapkannya? Mulai dari kehamilan, saya berusaha untuk selalu berinteraksi dengan si jabang bayi. Mengajaknya mengobrol sambil mengelus-elus perut, sehingga seolah-olah ia dapat merasakan sentuhan tangan saya. Dengan cara begini saya juga dapat menjalankan milestone saya untuk mencapai kilometer pencapaian diri menjadi Ibu Profesional bagi keluarga. Saat saya berinteraksi dengan si jabang bayi, mau tidak mau saya juga terlatih untuk aktif membaca buku atau artikel.
Belajar tentang mendidik dengan kekuatan fitrah mengantarkan saya menganalisis lebih dalam bagaimana caranya belajar sebelum saya mendidik anak-anak saya menjadi pribadi yang suka belajar. Tidak hanya mau belajar tapi gemar untuk aktif bertanya demi memenuhi rasa ingin tahu mereka. Untuk itu kini saatnya saya meng-update pengetahuan sesuai dengan apa yang sedang berlangsung saat ini.
Terkadang sebagai manusia biasa, saya merasa kesulitan untuk mempelajari ilmu baru. Namun saya percaya bahwa jika ada kemauan untuk belajar pastilah bisa menyerap ilmu tersebut. Terlepas dari berat atau ringannya materi yang saya dapatkan. Jika ilmunya masih di awang-awang memang terkesan lebih sulit karena belum kita coba untuk pahami sedikit demi sedikit.
Meskipun saya harus mengalami kegagalan atau hal-hal sulit saat belajar, justru disitulah saya belajar dari kesalahan kemudian saya dapat refleksi diri. Apa saja yang sudah saya pelajari? Bagaimana cara saya mempelajarinya? Untuk apa dan siapa ilmu tersebut? Apalagi ilmu yang akan saya pelajari?
Mengutip dari video matrikulasi sesi 5 yang disampaikan oleh Bu Septi Peni Wulandani (Founder Institut Ibu Profesional).
Saat seseorang harus meng-update dan meng-upgrade ilmu baru adalah dengan :
1. Belajar hal yang berbeda : Saya sebagai calon orang tua pertama harus belajar hal-hal yang menguatkan iman anak-anak. Iman merupakan dasar/pondasi anak untuk melangkah ke tahapan ilmu berikutnya. Contoh pada keluarga Bu Septi, yakni : Iman, Akhlaq, Adab, Bicara. Kedua belajar tentang menguatkan karakter baik anak. Ketiga belajar untuk membuat anak-anak menemukan passionnya lebih cepat.
2. Cara belajar yang berbeda : Pola yang diperoleh saat sekolah adalah pola untuk terampil dalam menjawab maka sekarang saatnya anak-anak dilatih untuk terampil bertanya. Karena keterampilan bertanya dapat memancing kreatifitas anak-anak pada pemahaman diri dan lingkungan sekitar. Salah satu contoh menggunakan cara yang berbeda dengan memberikan kode kepada anak-anak untuk bertanya. Jika orang tua biasa memahami dengan menghafal materi, saat ini anak dilatih mengembangkan struktur berpikirnya. Kemudian jika orang tua biasa dengan pasif mendengarkan, sekarang saatnya melatih anak-anak untuk aktif mencari tahu. Jika orang tua biasa menerima informasi tanpa kroscek, kini saatnya anak-anak dilatih berpikir skeptis. Tidak mudah percaya dengan informasi atau ilmu yang diterima, sehingga anak-anak dapat berlatih berpikir kritis dengan cara mencari sumber yang valid, melihat isinya.
3. Semangat belajar yang berbeda : Bagaimana menggugah semangat anak-anak untuk belajar? Perlu ditinjau lagi tujuan mengapa anak-anak belajar? Jika dulu orang tua belajar mungkin untuk mendapatkan nilai yang baik, saat ini anak-anak dilatih untuk fokus pada subyek atau topik yang diajarkan. Jika orang tua belajar mungkin untuk mendapatkan selembar ijazah atau meraih gelar, sekarang anak-anak dilatih untuk menggapai cita-cita.
Saat anak-anak mengetahui tujuan mengapa mereka harus belajar maka mereka sudah siap dengan daftar pertanyaan, apa saja hal-hal yang ingin diketahui. Hal ini membuat mereka menjadi pembelajar yang aktif, dan mandiri. Mereka akan menata dan mengetahui kapan mereka "mencukupkan" diri untuk belajar. Sehingga orang tua perlu menyiapkan strategi belajar. Strategi yang orang tua dapat pakai adalah meninggikan gunung, bukan merendahkan lembah. Orang tua dapat fokus dan mendorong potensi dan kesukaan anak-anak saat belajar sesuai passion mereka masing-masing.
Sumber : http://www.slideshare.net |
Tugas orang tua adalah sebagai pemandu (anak usia 0-8 tahun), sebagai Teman (anak usia 9-16 tahun), sebagai Sahabat (usia 17 tahun keatas). Proses belajar ini membutuhkan hari orang tua yang ridho dan sanggup menemani anak-anaknya. Mau berproses dengan alam di sekitanya.
Untuk memenuhi cara-cara belajar tersebut, saya membutuhkan Design Pembelajaran.
Design bahan ajar anak dengan model pembelajaran integratif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Model
intergratif merupakan materi atau cabang ilmu yang berhubungan dengan
ilmu-imu yang lain.Contohnya : Ketika saya bercerita tentang Ilmu Tauhid
(mengenal Allah SWT sebagai Sang pencipta) maka akan berhubungan dengan
untuk apa manusia diciptakan. Bagaimana manusia menjalankan perannya.
Kemudian tersirat juga ilmu akidah, akhlaq, adab dan melatihnya untuk
berbicara. Begitupun untuk ilmu-ilmu yang lain, seperti sains, sosial,
dan pengenalan bahasa. Caranya antara lain :
- Pertama, saya memberikan pemahaman kepada anak tentang pentingnya belajar. Kemudian mulai dari pemahaman ilmu Tauhid. Mengenalkan anak dengan Sang pencipta. Contoh dengan memancing pertanyaan awal. Siapa yang menciptakan manusia? Dibuat dari apa manusia? Mengapa kita hidup didunia? Apa tugas kita sebagai makhluk Allah SWT? Apa tujuan hidup manusia? Maka setelah mereka terpancing untuk bertanya kembali akan menstimulasi unsur 5W + 1H dari si anak tentang Ilmu Tauhid.
- Kedua, bersikap layaknya guru pendamping bagi anak-anak, saya perlu membuat kerangka rancangan pembelajaran harian untuk mereka. Ini semacam RPP agar saya siap menjadi "Bank Jawaban" bagi si anak ketika mereka mulai aktif bertanya. Mengajak mereka untuk berdiskusi, mencari bersama-sama jawaban jika ternyata saya tidak tahu maksud pertanyaan mereka. Ditunjang dengan menggunakan media kreatif agar menarik perhatian anak-anak untuk belajar.
- Ketiga, merefleksi diri setiap malam. Hal-hal apa yang sudah saya berikan kepada suami dan anak-anak? Apa saja yang perlu diperbaiki kedepannya? Begitu seterusnya. Kemudian bahan refleksi diri ini dapat saya jadikan jurnal mingguan dan membuat diri senantiasa bersyukur pada setiap nikmat yang ada. Insha Allah :)
- Pertama, saya memberikan pemahaman kepada anak tentang pentingnya belajar. Kemudian mulai dari pemahaman ilmu Tauhid. Mengenalkan anak dengan Sang pencipta. Contoh dengan memancing pertanyaan awal. Siapa yang menciptakan manusia? Dibuat dari apa manusia? Mengapa kita hidup didunia? Apa tugas kita sebagai makhluk Allah SWT? Apa tujuan hidup manusia? Maka setelah mereka terpancing untuk bertanya kembali akan menstimulasi unsur 5W + 1H dari si anak tentang Ilmu Tauhid.
- Kedua, bersikap layaknya guru pendamping bagi anak-anak, saya perlu membuat kerangka rancangan pembelajaran harian untuk mereka. Ini semacam RPP agar saya siap menjadi "Bank Jawaban" bagi si anak ketika mereka mulai aktif bertanya. Mengajak mereka untuk berdiskusi, mencari bersama-sama jawaban jika ternyata saya tidak tahu maksud pertanyaan mereka. Ditunjang dengan menggunakan media kreatif agar menarik perhatian anak-anak untuk belajar.
- Ketiga, merefleksi diri setiap malam. Hal-hal apa yang sudah saya berikan kepada suami dan anak-anak? Apa saja yang perlu diperbaiki kedepannya? Begitu seterusnya. Kemudian bahan refleksi diri ini dapat saya jadikan jurnal mingguan dan membuat diri senantiasa bersyukur pada setiap nikmat yang ada. Insha Allah :)
Kapan saya perlu menerapkannya? Mulai dari kehamilan, saya berusaha untuk selalu berinteraksi dengan si jabang bayi. Mengajaknya mengobrol sambil mengelus-elus perut, sehingga seolah-olah ia dapat merasakan sentuhan tangan saya. Dengan cara begini saya juga dapat menjalankan milestone saya untuk mencapai kilometer pencapaian diri menjadi Ibu Profesional bagi keluarga. Saat saya berinteraksi dengan si jabang bayi, mau tidak mau saya juga terlatih untuk aktif membaca buku atau artikel.
Lagi-lagi nice home work 5 ini Alhamdulillah membuat saya mengerti dan paham tentang peran orang tua. Sedikit demi sedikit saya sudah bisa membayangkan tugas saya menjadi pendidik keluarga dan anak. Dimana sesuai dengan ilmu yang saya pilih di Universitas Kehidupan yang sedang saya jalani.
Sumber : google.com |
Comments
Post a Comment