NICE HOME WORK 1 ADAB MENUNTUT ILMU
Semoga langkah
yang saya pilih ini dapat bermanfaat dan mengantarkan saya menjadi seorang ibu
yang cerdas dan professional. Karena prinsip saya adalah belajar bisa dengan
siapa saja, dimana saja dengan cara apa saja. Seiring berjalannya waktu sambil
saya belajar menekuni ilmu kehamilan dan rumah tangga, saya juga sedang
mempersiapkan diri untuk mencapai mimpi jangka panjang saya menjadi seorang
dosen dan wirausaha yang sukses.
Ketika saya
masih kuliah di semester akhir sekitar dua tahun yang lalu, saya mengikuti
kegiatan kampus tentang pelatihan kepemimpinan persiapan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Universitas Islam Indonesia (UII Yogyakarta). Salah satu pembicaranya
adalah Ibu Dr. Junanah M.IS. (Dosen Fakultas Ilmu Agama Islam). Saya bertanya
pada beliau setelah kegiatan berakhir tentang mempersiapkan sebuah pernikahan.
Karena saya memang berkeinginan untuk menikah setelah lulus kuliah S1.
“Ibu, hal apa saja yang membuat seseorang itu
bisa dibilang siap untuk menikah?”, tanya saya.
“Mbak nya mau menikah muda ya? Wah, baik sekali berkeinginan untuk
menyegerakan sunnah rasul. Baiklah, jadi
ada tiga hal yang bisa menjadi pertimbangan menikah, yaitu: satu, siap untuk
menerima kondisi pasangan baik kelebihan dan kekurangannya. Dua, siap mengalami
perubahan, karena setelah menikah akan banyak hal-hal yang kita temui dan
bahkan tidak disangka-sangka. Yang ketiga, siap untuk menjadi orang tua.”
Jawab Ibu Junanah dengan sangat lugas.
“Baik bu, terima kasih atas penjelasannya”,
ucap saya.
“Ya sama-sama mbak, semoga bisa menjadi calon
istri dan calon ibu yang sholihah”, kata Bu Junanah.
“Amin”. Sambil kami tertawa bersama.
Kini setelah
menikah, saya dapat merasakan ketiga hal tersebut. Ketika saya dan pasangan
sudah yakin untuk menikah, kami pun sudah mantap menerima pribadi masing-masing
ada kelebihan dan kekurangan itu merupakan hal yang bisa saling melengkapi. Menurut
saya, menikah merupakan penggabungan dua kepribadian dan pola pikir antara saya
dan suami. Tentu kami mengalami banyak perubahan. Mulai dari yang biasanya
apa-apa dilakukan untuk diri sendiri, kini juga harus melayani suami, lalu mengelola
keuangan bersama, dan cara bersikap dan mengambil keputusan pun juga berubah dengan
dilakukan berdua. Kemudian, yang ketiga adalah
siap untuk menjadi orang tua. Hal inilah yang membuat saya dan suami harus
benar-benar menyiapkan mental dan fisik kuat. Memiliki momongan merupakan hadiah
terindah dan tak terbayangkan sebelumnya. Alhamdulillah
Allah SWT memberikan kepercayaan yang bisa dibilang cenderung cepat bagi
saya dan suami untuk menjalaninya.
Sebulan pernikahan,
saya kemudian terlambat datang bulan dan dinyatakan hamil oleh dokter
kandungan. Untuk mempersiapkan kehadiran buah hati, saya ingin mempelajari ilmu
menjaga kehamilan dan menghadapi proses kelahiran. Alasan saya menekuni ilmu
ini karena saya sedang menikmati masa awal-awal kehamilan saya. Dimana saya
mengalami rasa mual, muntah, tidak nafsu makan, dan morning sickness. Saya tidak ingin mengalami sindrom baby blues (sebuah
keadaan yang muncul seperti perasaan gundah, sedih dan khawatir pasca
melahirkan. Keadaan seperti ini umumnya akan berlangsung selama 14 hari pertama
pasca melahirkan) sumber dari : uraiansehat.com/baby-blues-syndrome/.
Lalu bagaimana saya mempersiapkan amunisi untuk mencapai tujuan saya
ini? Saya menjadi lebih sering membaca artikel tentang kehamilan, membeli buku
tentang kesehatan kehamilan, mengikuti forum diskusi dengan ibu-ibu yang
memiliki pengalaman melahirkan, sharing dengan ibu mertua dan kakak ipar
perempuan, bergabung dengan komunitas Institut Ibu Professional (IIP), dan mengikuti
kuliah matrikulasi IIP batch #2. Harapannya dengan saya bergabung dengan
komunitas IIP, saya dapat berkenalan dengan para ibu yang telah memiliki anak
dan saya bisa berdiskusi tentang menjaga kehamilan, persiapan kelahiran sampai
belajar tentang pola mengasuh anak.
Pada materi pertama di kelas perdana matrikulasi IIP dijelaskan tentang
ADAB MENUNTUT ILMU. Dimana ADAB
MENUNTUT ILMU sangat perlu dikembangkan dan ditularkan dari dalam peradaban
keluarga terlebih dahulu. Sebagai seorang istri dan calon ibu, saya harus berhati-hati
terhadap data dan informasi apapun yang saya peroleh. Bak seperti dua mata
pisau, data dan informasi dapat mempermudah hidup atau bahkan membuat celaka.
Apalagi untuk diberitahukan kepada keluarga sendiri. Jangan sampai ilmu yang saya
tularkan pada anggota keluarga justru membuat mereka memakan mentah-mentah
tanpa ada dasar yang kuat.
Perubahan
sikap yang saya perbaiki dalam proses mencari ilmu antara lain bersikap skeptic
(tidak mudah percaya), kritis dan juga analis (mengkroscek kembali ilmu yang
didapat). Bagi saya perlu mengecek ulang kebenaran informasi yang saya dapatkan
itu termasuk berita, fakta, fitnah atau pra sangka? Sehingga harus benar-benar
bisa memilah-milahnya. Tidak merasa sok
pintar saat bertanya atau berdiskusi. Saya memposisikan diri sebagai orang
yang butuh ilmu baru, sehingga saya menghormati orang-orang yang memberikan saya
ilmu tersebut. Belajar sabar, karena di saat hamil seperti ini saya cenderung
mudah lelah, menjadi lebih sensitif yang bisa membuat saya mudah marah, tersinggung,
sedih dan khawatir.
Comments
Post a Comment