Skip to main content

PROSES MENJALANI PILIHAN

Dari awal masuk IM, saya sudah benar-benar pasrah ditempatkan di kabupaten manapun. Saya beranggapan semua daerah di setiap penjuru tanah air ini punya cerita masing-masing. Hingga akhirnya menginjakkan kaki di tanah Sangihe dan menjadi bagian dari masyarakatnya itu juga bukan tanpa suatu alasan. Tuhan memberikan saya kesempatan untuk berproses dan belajar banyak di tempat terbaik yang sudah dipilihkan-Nya.
Tempat saya mengajar berada di Pulau Bukide. Jarak tempuhnya dari Tahuna (Ibukota kabupaten) sekitar dua setengah jam perjalanan. Yang dimana satu jam perjalanan darat dan lanjut satu setengah jam perjalanan laut. Tak terasa kini sudah hampir empat bulan waktu berjalan.

Disuatu sore saya mendapat telepon dari salah seorang teman di Yogyakarta, ia menanyakan kabar dan ingin tahu bagaimana rasanya menjadi guru SD.  Bagi saya menjadi guru pelajaran atau wali kelas I sampai VI SD itu memiliki tantangan masing-masing. Kalau saya mendapat amanah menjadi wali kelas I di SD GMIST Sion Enggohe. Sekolah ini merupakan sekolah yayasan pendidikan kristen. Jumlah siswa saya sembilan orang. Lima perempuan dan empat laki-laki. Karena di desa saya mengajar tidak ada sekolah PAUD atau TK jadi pengetahuan mereka juga beragam. Ada yang sudah bisa baca, tulis, dan hitung (calistung). Ada yang hanya mengenal huruf dan angka. Ada juga yang belum bisa calistung sama sekali. Setiap hari ada saja cerita dan pengalaman baru dari mereka di  sekolah.  

Sebenarnya yang belajar di sini bukan hanya anak-anak didik saya, tapi saya juga. Saya harus berpikir untuk menciptakan metode belajar kreatif untuk mereka. Mencatat dan mengamati perkembangan pengetahuan mereka dari hari ke hari. Mentransfer ilmu dengan cara yang menyenangkan bagi anak-anak. Membantu pengembangan karakter mereka. 
Kalau ditanya rasanya gimana? Rasanya campur aduk. Senang kalau mereka paham materi yang saja ajarkan. Sedih kalau mereka sudah diajari tapi belum juga paham. Bingung harus pakai metode apalagi yang lebih menarik supaya mereka paham. Terharu saat ada salah satu siswa saya yang belum begitu paham huruf tapi tiba-tiba bisa nulis nama saya dengan benar di papan tulis tanpa saya suruh.

Selain itu, setiap hari saya menambah kosa kata Bahasa Sangihe dari anak-anak ini. Pagi itu saat saya sedang mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia, kami belajar tentang nama-nama buah.

“Iya anak-anak, siapa yang bisa tebak ini gambar buah apa?”, sambil saya menunjukkan gambar apel.
“Apel Bu Guru! Apel!”, teriak mereka.         
“Iya betul. Ini Apel. Lalu kalau ini gambar apa?”, gambar jeruk yang saya tunjuk.
“Jeruk! Jeruk!”teriak mereka dengan riang.
“Wah hebat semua! Lagi ya.. Ini gambar apa anak-anak?”, saya tunjuk gambar pisang.
“Busa Ibu!”(Busa adalah pisang dalam bahasa Sangihe).
“Bahasa Indonesia Busa apa nak?”, tanya saya kembali.
“Busa ya Busa Buk!”, Jawab salah seorang dari mereka.
“Busa itu Bahasa Indonesianya Pisang”. Terang saya.
“Tala Ibu, itu Busa dang!
“Ore.. Ore.. Ini Busa depe nama su Sangir eng? ”Kong depe Bahasa Indonesia torang sebut Pisang”. (“Iya.. Iya.. Ini Busa Bahasa Sangirnya ya? Terus Bahasa Indonesianya kita sebut Pisang”. Jelas saya dalam bahasa Sangir.
“Iyo Bu! Pisang ya Bu? Pisang”. Ulang mereka.

Dengan mengajar saya dapat belajar dari anak-anak didik saya bahwa memang tidak ada orang bodoh di dunia ini. Yang ada mau atau tidak mau belajar. Orang yang mau atau tidak untuk melakukan perubahan. Orang yang mau atau tidak untuk merefleksi diri. Orang yang mau atau tidak menciptakan interaksi. Orang yang mau atau tidak untuk berbagi inspirasi. Terima kasih Tuhan, untuk kesempatan ini. 

Comments

Popular posts from this blog

#38 UII Golden (Global Student)

“Tomorrow, it might be your story” UII Golden  atau UII Global Student merupakan sebuah komunitas yang memberi peluang bagi para mahasiswa UII untuk mendapatkan pengalaman global sekaligus merasakan atmosfir akademis pergaulan mahasiswa internasional. Komunitas ini dirintis oleh International Program (IP) UII, lewat IP Promo Team, salah satu Divisi International Student’s Office. Komunitas ini mengajak para mahasiswa tersebut untuk berbagi pengalaman dan mendorong mahasiswa UII lainnya agar mengikuti langkah teman-teman yang sudah terlebih dahulu mempunyai pengalaman global.  Banyak manfaat yang akan diperoleh oleh anggota komunitas ini. Khususnya ilmu dan berbagi pengalaman belajar di luar negeri.  We embrace you to create your own experiences overseas.  # GOGLOBAL Kunjungi website  uiigolden.org  dan follow twitternya  www.twitter.com/uii_golden  

PROFIL PM X MASA PELATIHAN

Mustika Amalia Wardaty Mustika adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Lahir di Kabupaten Semarang, 7 Agustus 1991. Ia menyelesaikan pendidikan sarjana manajemen Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Di semester satu dan dua, Ia masih belum tertarik bergabung dengan organisasi yang ada di kampus. Karena Ia ingin fokus belajar di bidang akademik terlebih dahulu. Hasil dari proses belajarnya membuatnya meraih IPK 4.  Kemudian suatu hari Ia berdiskusi dengan seorang teman, Ia merasa bosan hanya dengan kuliah-pulang-kuliah-pulang. Mustika ingin mempunyai kegiatan kemahasiswaan, lalu Ia ditawari untuk menjadi Staf Divisi Kajian dan Riset Lembaga Eksekutif Mahasiswa FE UII tahun 2011. Setelah menjadi fungsionaris LEM FE UII, Mustika terpilih menjadi Mahasiswa Teladan Bridging Program FE UII tahun 2011. Bridging Program adalah Program Pembangunan Karakter di UII yang menjembatani masa transisi dari siswa SMA ke Mahasiswa di perguruan tinggi.  Seme...

#18 Exchange with AIESEC (part 2)

Untuk menjadi EP AIESEC UGM ada beberapa tahap yang harus saya lalui. Diantaranya : 1. Saya mengisi Formulir dan melengkapi persyaratan administrative  ( motivation letter , CV, Pas photo, surat izin dari Orang tua dan membayar fee pendaftaran). 2. FGD ( Forum Group Discussion )... Dalam proses FGD kami para calon EP dibentuk menjadi beberapa grup terdiri dari 6-7 tiap grupnya. Kami diberikan contoh suatu kasus dan mendiskusikannya dengan berbahasa Inggris dalam menyelesaikan kasus tersebut bersamaan waktu yang terbatas. 3. Setelah pengumuman seleksi FGD, calon EP yang lolos masuk ke tahap interview alias wawancara dengan LC ( Local Comittee ). Dengan diajukan beberapa pertanyaan tentang kepribadian, pengalaman, contoh kasus, dan bakat minat kebudayaan. 4. If you can make it through all three stages of the above then you are entitled to be the real EP! Congratulation. But...... jalan masih panjang sob. Berhasil melalui tahap administratif, FGD dan interview ...