Skip to main content

#32 Perempuan itu harus serba bisa…..



Belajar merupakan tahapan yang membuat manusia dapat mengetahui suatu hal yang sebelumya tidak diketahui. Tapi pengalaman hidup masing-masing orang pastilah berbeda-beda. Contoh: Bisa saja seorang anak usia 5 tahun sudah mahir membaca dan menulis, sedangkan orang tua yang berusia 70 tahun tidak dapat membaca dan menulis. 


Banyak hal yang menyebabkannya, bisa dari pribadi, lingkungan keluarga, masyarakat dan lain-lain. Dan ternyata semua ilmu dan pengetahuan dapat kita peroleh dari siapapun. Termasuk kedua orang tua kita. 



Saya lahir dari keluarga muslim. Saya belajar tentang Agama Islam. Kepercayaan bisa saja diturunkan tetapi bisa juga karena keyakinan dalam diri kita. Peran kedua orang tua mungkin dapat dikatakan sangat berpengaruh untuk hal ini. 


Dulu ketika Almarhumah Mama masih hidup, beliau mengajari saya untuk membaca Al Qur’an, mengajak saya di acara-acara pengajian di sekitar rumah, selain itu Mama juga mengajari saya ilmu tentang kerumahtanggaan. Bagaimana membantu mengerjakan rumah, memijit kaki yang pegal/keseleo, belajar memasak, mengamati semua aktivitas rumah tangga. Pada waktu itu saya sempat protes!! Untuk apa saya belajar semua ini di usia yang relatif sangat muda, “Anak SD kok disuruh masak? Anak SD kok disuruh nyapu, ngepel, cuci pakaian, jemur pakaian, buang sampah, bersihin gorong-gorong? Kan aku masih kecil, belum saatnya”. 

Ternyata saya salah. Justru harusnya saya bersyukur, karena pelajaran yang saya peroleh ketika saya kecil itu akan menjadi bekal untuk saya menikah nanti. Mungkin memang tidak akan terasa manfaatnya waktu masih anak-anak, tapi pelajaran tentang itu perlu ditanamkan sejak dini. Agar kelak jika sudah beranjak dewasa kita sebgai perempuan sudah siap, mandiri dan harus serba bisa.

Dengan sabar Mama sudah mempersiapkan anak-anak perempuannya untuk mengetahui dan bisa menjalankan peran menjadi seorang ibu. Pelajaran tentang berinteraksi sosial juga saya dapatkan dari Mama. Kelak jika saya dewasa dan sudah siap untuk menikah, mau tidak mau saya juga akan mengalaminya.

Tugas menjadi ibu rumah tangga bukanlah suatu takdir. Tetapi kewajiban. Karena apapun profesi kita, tugas seorang ibu rumah tangga pasti akan kita sandang juga. Ibu rumah tangga merupakan tugas utama seorang perempuan yang sudah menikah. Itulah pesan yang dulu Mama selalu sampaikan pada saya dan kakak perempuan saya. 



Mama meninggal saat saya berusia 18 tahun. Saya tidak mendapat nasehat-nasehat langsung dari Mama tentang ‘Permasalahan remaja dan dewasa’. Bukan berarti jika Mama tidak memberikan pemahaman itu, lantas saya diam tanpa usaha untuk mencari ilmu tersebut ditempat lain. 

Sekarang saya menyadari bahwa sebelum mama meninggal, mama telah membekali ilmu tentang ke-rumahtangga-an untuk saya dan kakak perempuan saya. Agar suatu saat nanti jika saya sudah berumah tangga, saya bisa melakukan tugas-tugas seorang ibu rumah tangga. Tanpa harus mengandalkan seorang asisten atau pembantu rumah tangga. 
Sisanya saya dapat belajar dari ibu-ibu yang lain.

Sungguh mulianya tugas seorang ibu rumah tangga. Menjalani semua aktivitas di rumah tanpa pamrih dan mengeluh. Semoga kelak saya juga dapat menjadi ibu rumah tangga dan menjalani karir seorang perempuan dengan bijak dan seimbang. Bisa bertindak professional tanpa mencampur-adukkan masalah rumah dan pekerjaan. Insha Allah. 
  
Tua itu pasti, dewasa itu pilihan
Dan menjadi Ibu rumah tangga itu tugas utama seorang perempuan yang menikah  :)

Comments

Popular posts from this blog

#116 Bunga Literasi Day 04 Bunda Sayang IIP

Di hari ke empat ini saya telah menyelesaikan membaca dua buku, alhamdulillah. Biasanya saya termasuk orang yang moody saat membaca buku. Satu buku bisa seminggu, sebulan untuk selesai membacanya. Namun, game level 5 ini membuat saya menjadi begitu semangat menambah literasi bacaan.  Dari saat jaman kuliah sebenarnya saya menyadari akan manfaat dari membaca. Entah itu membaca buku, artikel, koran, majalah bahkan "membaca situasi". Dengan sering membaca membuat diri saya menjadi lebih peka terhadap lingkungan sekitar. Membuat saya menyadari, ternyata masih banyaaaaak hal yang perlu saya gali untuk intropeksi diri. Karena dengan memahami hal baru, menyadarkan saya bahwa masih banyak kekurangan dalam diri yang perlu diperbaiki. Seperti halnya impact setelah membaca buku Happy Little Soul. Untuk menjadi orang yang sabar layaknya ibu Retno Hening ketika mengasuh dan mendidik Kirana memang perlu usaha yang keras dan kemauan yang bulat. Dukungan dari keluarga sekitar jug...

PROFIL PM X MASA PELATIHAN

Mustika Amalia Wardaty Mustika adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Lahir di Kabupaten Semarang, 7 Agustus 1991. Ia menyelesaikan pendidikan sarjana manajemen Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Di semester satu dan dua, Ia masih belum tertarik bergabung dengan organisasi yang ada di kampus. Karena Ia ingin fokus belajar di bidang akademik terlebih dahulu. Hasil dari proses belajarnya membuatnya meraih IPK 4.  Kemudian suatu hari Ia berdiskusi dengan seorang teman, Ia merasa bosan hanya dengan kuliah-pulang-kuliah-pulang. Mustika ingin mempunyai kegiatan kemahasiswaan, lalu Ia ditawari untuk menjadi Staf Divisi Kajian dan Riset Lembaga Eksekutif Mahasiswa FE UII tahun 2011. Setelah menjadi fungsionaris LEM FE UII, Mustika terpilih menjadi Mahasiswa Teladan Bridging Program FE UII tahun 2011. Bridging Program adalah Program Pembangunan Karakter di UII yang menjembatani masa transisi dari siswa SMA ke Mahasiswa di perguruan tinggi.  Seme...