Skip to main content

#31 Smart Generation Mentorship


Sinar mentari terasa hangat merasuk dalam kulit dan awan-awan pun menyapa dengan penuh bahagia, sebahagia suasana hati saya. Sekitar pukul 09.15 WIB, saya mengendarai sepeda motor dengan laju yang cukup ngebut. Karena saat itu saya sudah terlambat datang di suatu forum diskusi yang berada di Jalan Kaliurang Km. 5,6 Gg. Pandega Wiratama 1 No.3 Yogyakarta. Rumah yang menjadi saksi bisu adanya gerakan perubahan yang lebih baik dari cara berpikir saya sebelumnya. Pada saat akan menuju ke rumah tersebut, saya sempat nyasar dalam mencari alamat yang di sms-kan oleh Lutfi Zanwar Kurniawan. Kemudian saya mengambil handphone saya dari dalam tas, ada dua miscall dan 3 sms. Salah satunya dari Lulu’atul Maghfiroh, lalu saya buka smsnya dan berisi: ”Dimana tik? Udah ditunggu nih.” 

Dan saya langsung menelepon Lulu.
“Hallo Lu, rumahnya cat kuning bukan? Ini aku di Pandega … aku kebablasan ya?,
“Kamu puter balik say, aku berdiri di pinggir jalan persis di depan rumahnya Mas Agung, cat warna putih”.
Lalu saya pun memutar balik arah motor saya dan berpapasan dengan Lulu.
Di rumah cat putih inilah kisah perubahan diri saya bersama teman-teman Smart Generation Mentorship (SGM) Yogyakarta dimulai. Bertemu dan menyapa sang pemilik rumah, Mas Agung Baskoro. 
”Aku kayaknya pernah lihat mas-nya ini dimana ya?”gumam saya dalam hati.
Rasa penasaran saya semakin kuat dan saya berusaha mencari tahu siapa sebenarnya Mas Agung ini?? Setelah pertemuan itu selesai, saya pamit untuk pulang karena ada kuliah lagi. Pulang kuliah, saya langsung pulang kos dan saya baru teringat bahwa saya memang pernah melihat Mas Agung sebelumnya. Saya pernah melihat sosok Mas Agung yang rupawan ini di sebuah cover buku. Buku yang berjudul “JANGAN MAU JADI MAHASISWA BIASA-BIASA SAJA”. Dan setelah saya tanyakan langsung sama Mas Agung ternyata memang benar bahwa foto Mas Agung yang ada di cover buku karangan Edo Segara itu. Siapa yang menyangka saya bertemu dan ngobrol langsung sama orang yang jadi coverboy sebuah buku yang dapat menginspirasi mahasiswa. Bukan bermaksud lebay, alay atau kamseupay tapi memang benar adanya saya merasa senang dan bersyukur bergabung di SGM dan mendapat banyak ilmu dari Mas Agung.
Sebenarnya awal mula saya mengetahui adanya SGM itu adalah dari mas Lutfi Zanwar Kurniawan (Lupet). Ketika kami bertemu dalam sebuah seminar tentang World Bank di FE UII.
Seusai acara seminar, mas Lupet menghampiri saya dan mengajak saya untuk bergabung di SGM Yogyakarta. Berikut ini kutipan pembicaraan kami :
“Tika, kamu mau ikut Smart Generation Mentorship ga?” tanya mas Lupet.
“Smart Generation Mentorship apa’an mas?” saya tanya kembali.
“Itu lho semacam forum diskusi yang membahas tentang pengembangan diri, dan yang jadi mentor-nya mas Agung Baskor,  dia pemenang The Next Leader Metro TV – Paramadina 2009” jelas Mas Lupet.
 Di SGM, bertemu dengan orang-orang yang sebelumnya saya tidak kenal merupakan pengalaman menarik. Bagi saya, mau bergabung di SGM adalah salah satu panggilan jiwa. Ternyata benar, mereka adalah orang-orang ini ‘berbeda’, secara tidak langsung mereka telah memberikan semangat, motivasi dan energi positif untuk saya. Saya merasa banyak mendapatkan ilmu, pengalaman, cerita, dan keluarga baru. Saya percaya bahwa pertemuan ini bukanlah suatu kebetulan. Karena semua yang terjadi merupakan garis kehidupan yang ditulis ALLAH SWT untuk saya. Menjalani aktivitas diskusi bersama teman-teman SGM merupakan salah satu episode kehidupan yang berkesan. Pada dasarnya saya memang senang untuk berdiskusi, bertukar informasi dan berbagi ilmu. Dari sini saya akan menjadi pribadi yang baru. Saya merasa ada dorongan untuk mengubah diri saya, mengubah yang jelek menjadi baik, mengubah yang kurang menjadi lebih, mengubah pola pikir yang kurang tepat menjadi tepat, mengubah ragu menjadi asa dan mengubah image mahasiswa biasa saja menjadi mahasiswa yang luar biasa. 
Ada pernyataan dari Mas Agung yang selalu saya ingat, “Kalo mau maju perang itu harus punya senjata dan amunisi” mungkin dalam bahasa Jawanya itu Ojo waton (jangan asal). Arti dari senjata dan amunisi disini adalah diperlukan ilmu pengetahuan dan skill kita dalam menghadapi suatu tantangan hidup.

 (Foto Mas Agung Baskoro, mentor SGM kita yang kece badai (^o^)/ )
Pertemuan demi pertemuan, diisi banyak materi oleh mas Agung. Diantara lain: Konsep Diri (Visi), Personal Branding, Public Speaking, Budaya Literasi & Pengantar Jurnalistik, Seni Membangun Jaringan, Negosiasi, Simulasi Public Speaking, Evaluasi Publikasi Tulisan, Networking Share, Kolaborasi Aksi. Materi yang paling saya suka adalah materi simulasi public speaking, dimana saya harus berteriak-teriak untuk orasi. Di situ saya mencoba mengungkapkan aspirasi seorang mahasiswa untuk masa depan Indonesia. Menarik, lucu dan membuat saya grogi. Ternyata berbicara di depan banyak orang itu tidak mudah, harus ada keberanian dan keyakinan agar suara kita dapat didengar dan dihargai orang lain.  

Alhamdulillah banyak banget manfaat yang saya rasa'in setelah ikut SGM. Semoga Mas Agung senantiasa sehat dan selalu menularkan untuk membagikan inspirasi bagi banyak orang. Amin :)  

(Status Update For The Best Student merupakan karya nyata Mas Agung buat semua pemuda/di Indonesia)

Comments

Popular posts from this blog

#116 Bunga Literasi Day 04 Bunda Sayang IIP

Di hari ke empat ini saya telah menyelesaikan membaca dua buku, alhamdulillah. Biasanya saya termasuk orang yang moody saat membaca buku. Satu buku bisa seminggu, sebulan untuk selesai membacanya. Namun, game level 5 ini membuat saya menjadi begitu semangat menambah literasi bacaan.  Dari saat jaman kuliah sebenarnya saya menyadari akan manfaat dari membaca. Entah itu membaca buku, artikel, koran, majalah bahkan "membaca situasi". Dengan sering membaca membuat diri saya menjadi lebih peka terhadap lingkungan sekitar. Membuat saya menyadari, ternyata masih banyaaaaak hal yang perlu saya gali untuk intropeksi diri. Karena dengan memahami hal baru, menyadarkan saya bahwa masih banyak kekurangan dalam diri yang perlu diperbaiki. Seperti halnya impact setelah membaca buku Happy Little Soul. Untuk menjadi orang yang sabar layaknya ibu Retno Hening ketika mengasuh dan mendidik Kirana memang perlu usaha yang keras dan kemauan yang bulat. Dukungan dari keluarga sekitar jug...

PROFIL PM X MASA PELATIHAN

Mustika Amalia Wardaty Mustika adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Lahir di Kabupaten Semarang, 7 Agustus 1991. Ia menyelesaikan pendidikan sarjana manajemen Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Di semester satu dan dua, Ia masih belum tertarik bergabung dengan organisasi yang ada di kampus. Karena Ia ingin fokus belajar di bidang akademik terlebih dahulu. Hasil dari proses belajarnya membuatnya meraih IPK 4.  Kemudian suatu hari Ia berdiskusi dengan seorang teman, Ia merasa bosan hanya dengan kuliah-pulang-kuliah-pulang. Mustika ingin mempunyai kegiatan kemahasiswaan, lalu Ia ditawari untuk menjadi Staf Divisi Kajian dan Riset Lembaga Eksekutif Mahasiswa FE UII tahun 2011. Setelah menjadi fungsionaris LEM FE UII, Mustika terpilih menjadi Mahasiswa Teladan Bridging Program FE UII tahun 2011. Bridging Program adalah Program Pembangunan Karakter di UII yang menjembatani masa transisi dari siswa SMA ke Mahasiswa di perguruan tinggi.  Seme...

#32 Perempuan itu harus serba bisa…..

Belajar merupakan tahapan yang membuat manusia dapat mengetahui suatu hal yang sebelumya tidak diketahui. Tapi pengalaman hidup masing-masing orang pastilah berbeda-beda. Contoh: Bisa saja seorang anak usia 5 tahun sudah mahir membaca dan menulis, sedangkan orang tua yang berusia 70 tahun tidak dapat membaca dan menulis.  Banyak hal yang menyebabkannya, bisa dari pribadi, lingkungan keluarga, masyarakat dan lain-lain. Dan ternyata semua ilmu dan pengetahuan dapat kita peroleh dari siapapun. Termasuk kedua orang tua kita.  Saya lahir dari keluarga muslim. Saya belajar tentang Agama Islam. Kepercayaan bisa saja diturunkan tetapi bisa juga karena keyakinan dalam diri kita. Peran kedua orang tua mungkin dapat dikatakan sangat berpengaruh untuk hal ini.  Dulu ketika Almarhumah Mama masih hidup, beliau mengajari saya untuk membaca Al Qur’an, mengajak saya di acara-acara pengajian di sekitar rumah, selain itu Mama juga mengajari saya ilmu tentang ke...