Sinar mentari terasa hangat merasuk dalam kulit dan awan-awan pun menyapa dengan penuh bahagia, sebahagia suasana hati saya. Sekitar pukul 09.15 WIB, saya mengendarai sepeda motor dengan laju yang cukup ngebut. Karena saat itu saya sudah terlambat datang di suatu forum diskusi yang berada di Jalan Kaliurang Km. 5,6 Gg. Pandega Wiratama 1 No.3 Yogyakarta. Rumah yang menjadi saksi bisu adanya gerakan perubahan yang lebih baik dari cara berpikir saya sebelumnya. Pada saat akan menuju ke rumah tersebut, saya sempat nyasar dalam mencari alamat yang di sms-kan oleh Lutfi Zanwar Kurniawan. Kemudian saya mengambil handphone saya dari dalam tas, ada dua miscall dan 3 sms. Salah satunya dari Lulu’atul Maghfiroh, lalu saya buka smsnya dan berisi: ”Dimana tik? Udah ditunggu nih.”
Dan saya langsung menelepon Lulu.
“Hallo Lu, rumahnya cat kuning bukan? Ini aku di Pandega … aku kebablasan ya?,
“Kamu puter balik say, aku berdiri di pinggir jalan persis di depan rumahnya Mas
Agung, cat warna putih”.
Lalu saya pun memutar balik arah motor
saya dan berpapasan dengan Lulu.
Di rumah cat putih inilah kisah
perubahan diri saya bersama teman-teman Smart Generation Mentorship (SGM)
Yogyakarta dimulai. Bertemu dan menyapa sang pemilik rumah, Mas Agung Baskoro.
”Aku kayaknya pernah lihat mas-nya ini
dimana ya?”gumam saya dalam hati.
Rasa penasaran saya semakin kuat dan
saya berusaha mencari tahu siapa sebenarnya Mas Agung ini?? Setelah pertemuan
itu selesai, saya pamit untuk pulang karena ada kuliah lagi. Pulang kuliah,
saya langsung pulang kos dan saya baru teringat bahwa saya memang pernah
melihat Mas Agung sebelumnya. Saya pernah melihat sosok Mas Agung yang rupawan
ini di sebuah cover buku. Buku yang
berjudul “JANGAN MAU JADI MAHASISWA BIASA-BIASA SAJA”. Dan setelah saya
tanyakan langsung sama Mas Agung ternyata memang benar bahwa foto Mas Agung
yang ada di cover buku karangan Edo Segara itu. Siapa yang menyangka saya
bertemu dan ngobrol langsung sama
orang yang jadi coverboy sebuah buku yang dapat menginspirasi mahasiswa. Bukan
bermaksud lebay, alay atau kamseupay tapi memang benar adanya saya
merasa senang dan bersyukur bergabung di SGM dan mendapat banyak ilmu dari Mas
Agung.
Sebenarnya awal mula saya mengetahui
adanya SGM itu adalah dari mas Lutfi Zanwar Kurniawan (Lupet). Ketika kami
bertemu dalam sebuah seminar tentang World
Bank di FE UII.
Seusai acara seminar, mas Lupet menghampiri saya dan mengajak saya untuk bergabung di SGM Yogyakarta. Berikut ini kutipan pembicaraan kami :
Seusai acara seminar, mas Lupet menghampiri saya dan mengajak saya untuk bergabung di SGM Yogyakarta. Berikut ini kutipan pembicaraan kami :
“Tika, kamu mau ikut Smart Generation
Mentorship ga?” tanya mas Lupet.
“Smart Generation Mentorship apa’an mas?” saya tanya kembali.
“Itu lho semacam forum diskusi yang membahas tentang pengembangan diri,
dan yang jadi mentor-nya mas Agung Baskor, dia pemenang The Next Leader Metro TV – Paramadina 2009” jelas Mas Lupet.
Di SGM, bertemu dengan orang-orang yang sebelumnya
saya tidak kenal merupakan pengalaman menarik. Bagi saya, mau bergabung di SGM
adalah salah satu panggilan jiwa. Ternyata benar, mereka adalah orang-orang ini
‘berbeda’, secara tidak langsung mereka telah memberikan semangat, motivasi dan
energi positif untuk saya. Saya merasa banyak mendapatkan ilmu, pengalaman, cerita,
dan keluarga baru. Saya percaya bahwa pertemuan ini bukanlah suatu kebetulan. Karena semua yang terjadi merupakan
garis kehidupan yang ditulis ALLAH SWT untuk saya. Menjalani aktivitas diskusi bersama
teman-teman SGM merupakan salah satu episode kehidupan yang berkesan. Pada
dasarnya saya memang senang untuk berdiskusi, bertukar informasi dan berbagi
ilmu. Dari sini saya akan menjadi pribadi yang baru. Saya merasa ada dorongan
untuk mengubah diri saya, mengubah yang jelek menjadi baik, mengubah yang
kurang menjadi lebih, mengubah pola pikir yang kurang tepat menjadi tepat,
mengubah ragu menjadi asa dan mengubah image
mahasiswa biasa saja menjadi mahasiswa yang luar biasa.
Ada pernyataan dari Mas Agung yang
selalu saya ingat, “Kalo mau maju perang itu harus punya senjata dan amunisi”
mungkin dalam bahasa Jawanya itu Ojo
waton (jangan asal). Arti dari senjata dan amunisi disini adalah diperlukan ilmu pengetahuan dan skill kita dalam menghadapi suatu
tantangan hidup.
(Foto Mas Agung Baskoro, mentor SGM kita yang kece badai (^o^)/ )
Pertemuan demi pertemuan, diisi banyak materi oleh
mas Agung. Diantara lain: Konsep Diri (Visi), Personal Branding, Public Speaking, Budaya
Literasi & Pengantar Jurnalistik,
Seni Membangun Jaringan, Negosiasi, Simulasi Public Speaking, Evaluasi Publikasi
Tulisan, Networking Share, Kolaborasi Aksi. Materi yang paling saya suka adalah
materi simulasi public speaking,
dimana saya harus berteriak-teriak untuk orasi. Di situ saya mencoba mengungkapkan
aspirasi seorang mahasiswa untuk masa depan Indonesia. Menarik, lucu dan
membuat saya grogi. Ternyata
berbicara di depan banyak orang itu tidak mudah, harus ada keberanian dan
keyakinan agar suara kita dapat didengar dan dihargai orang lain.
Alhamdulillah banyak banget manfaat yang saya rasa'in setelah ikut SGM. Semoga Mas Agung senantiasa sehat dan selalu menularkan untuk membagikan inspirasi bagi banyak orang. Amin :)
Alhamdulillah banyak banget manfaat yang saya rasa'in setelah ikut SGM. Semoga Mas Agung senantiasa sehat dan selalu menularkan untuk membagikan inspirasi bagi banyak orang. Amin :)
(Status Update For The Best Student merupakan karya nyata Mas Agung buat semua pemuda/di Indonesia)
Comments
Post a Comment